PARADIGMA
YANG TERDAPAT DALAM PROSES PENELITIAN
Ahadin
Winarko Wibisono
Institut
Agama Islam Negeri Metro
Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Iringmulo Metro Timur Kota Metro
Lampung 34111 Telp.(0725) 41507, Fax. (0725) 47296
A.
Pendahuluan
Kata “penelitian”
diartikan kedalam bahasa Inggris yatu “research”, atau didalam bahasa indonesia
biasa dikenal dengan kata “riset”. Kata research terdiri dari dua suku kata yaitu,
“re” yang artinya “kembali” dan “search” yang artinya “mencari”. Dengan
demikian research (penelitian) secara bahasa memiliki arti “mencari kembali”.
Banyak definisi tentang penelitian yang diantaranya disebutkan didalam kamus
Webster’s New International mengatakan bahwasannya penelitian adalah sebuah
penyelidikan biasanya dilakukan dengan hati-hati dan kritis dalam mencari
sebuah fakta dan prinsip-prinsip penyelidikan yang amatlah cerdik guna
menetapkan sesuatu masalah tertentu. Dalam kamus online menyatakan bahwa
penelitian secara sederhana dapat didefinisikan sebagai berikut “careful study
that is done to find and report new knowledge about something”. Pada dasarnya
proses penelitian akan melalui tiga tahapan terlebih dahulu yaitu, 1).
Mengajukan pertanyaan penelitian terlebih dahulu yang berkaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan, 2) Mengumpulkan data-data untuk menjawab
kembali pertanyaan-pertanyaan yang digunakan saat melakukan penelitian, 3)
Memberikan jawaban yang tepat atas pertanyaan-pertanyaan dari penelitian
tersebut.
Dari berbagai pengertian
penelitian diatas dapat kita simpulkan bahwa penelitian pada dasarnya adalah
sebuah metode yang digunakan untuk menemukan sebuah kebenaran dari suatu
persoalan yamg dihadapi oleh manusia dengan cara-cara ilmiah. Cara-cara ilmiah
yang dimaksud adalah sebuah penelitian haruslah dilakukan dengan cara rasional,
obyektif, empiris, sistematis, dan teratur. Sehingga hasil dari sebuah penelitian
yang dilakukan oleh seorang peneliti akan memberikan sebuah hasil yang sama
jika mengikuti atau mematuhi prosedur atau tahapan yang sama.[1]
Dari penelitian yang telah dilakukan para peneliti
banyak menghasilkan metode-metode yang telah berkembang saat ini salah satunya
tentang Konsep Learning Revolution.[2] Dimana didalam Konsep Learning Revolution ini berperan dalam
proses pembelajaran yang banyak dilakukan saat ini oleh tenaga pendidik atau
guru, yang mana di dalam konsep ini juga guru sangat dipermudah karena guru
hanya dijadikan sebagai fasilitator bagi peserta didik dalam melaksanakan
kegiatan belajara mengajar didalam kelas dan konsep ini merupakan konsep yang
sangat disukai atau diminati oleh para pendidik karena konsep ini merupakan
cara arau proses belajar mengajar secara mengasyikkan dan menyenangkan tanpa
terikat oleh sistem atau peraturan yang berlaku.
B. Pembahasan
Dalam melakukan sebuah penelitian pastilah kita mendapati
paradigma-paradigma penelitian, paradigma penelitian tersebut dibagi menjadi
dua, yakni kuantitatif (scientific paradigm) dan kualitatif (naturalisticparadigm).
Sementara itu, ada ahli yang memisahkan kedua paradigma tersebut, seperti Lexy
Moleong dan Noeng Muhadjir. Beberapa ahli lain juga berupaya untuk memadukan
kedua paradigma tersebut, seperti Julia Brannen.[3]
C. Penelitian Kuantitatif
Penelitian Kuantitatif secara induktif ialah suatu
cara yang digunakan seseorang untuk berpikir dengan mendasarkan pada pengalaman
yang terjadi secara berulang-ulang. Bisa juga sebuah kumpulan fakta yang
bertebaran yang kemudian dilakukan pencarian kesesuaian diantara fakta-fakta
tersebut sehingga masing-masing fakta tersebut memiliki keterkaitan antara satu
fakta dengan fakta yang lain. Dengan demikian cara berpikir secara induktif
merupakan suatu bentuk rekayasa kejadian yang dilakukan sesorang setelah
melakukan observasi atau penelitian dari berbagai macam kasus yang unik atau
khusus yang kemudian dilakukan pengembangan materi sehingga menjadikannya
sebuah penalaran tunggal yang menggabungkan antara kasus-kasus khusus menjadi
sebuah bentuk pemahaman yang umum dan dapat diterima oleh akal pikiran. Hukum
yang dapat disimpulkan dari sebuah fenomena yang telah diselidiki akan berlaku juga
bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki (generalisasi).[4]
Sebuah metodologi penelitian yang dilakukan dengan
baik maka akan menghasilkan paradigma yang baru dalam pengembangan ilmu
pengetahuan yang telah ada. Hasil pemikiran paradigma saat ini selalu tidak
mencukupi dan terbuka untuk perubahan pengembangan ilmu pengetahuan selanjutnya.
Dengan kata lain hasil dari pemikiran yang sudah melalui perubahan paradigma
maka akan selalu bersifat relative dalam perkembangannya, hal ini bergantung
pada data dan fakta yang diperoleh saat melakukan observasi atau penelitian dari
dunia nyata yang kemudian dianalisis kembali menurut kaidah-kaidah ilmiah yang
berlaku.[5]
Terdapat 11 Karakteristik dalam Metode penelitian
kuantitatif yakni: 1. Jika dilihat dari desainnya metode kuantitatif merupakan
metode yang spesifik, jelas dan rinci, ditentukan secara mantap sejak awal,
menjadi pegangan langkah demi langkah. 2. Jika dilihat dari tujuannya, metode
ini menunjukkan hubungan/pengaruh antar
variabel, menguji teori, mencari generalisasi. 3. Jika dilihat dari teknik
pengumpulan data, metode kuantitatif menggunakan metode kuesioner, observasi, dokumentasi dan
wawancara terstruktur. 4. Jika dilihat dari insterumen penelitiannya metode
kuantitatif menggunakan metode berupa tes, angket, wawancara terstruktur,
instrumen yang telah terstandar. 5. Jika dilihat dari data, metode kuantitatif
menggunakan metode, berupa angka-angka, hasil pengukuran variabel yang
dioperasionalkan dengan menggunakan instrumen yang telah ditetapkan. 6. Jiak
dilihat dari sampel, metode yang digunakan yakni besar, representatif, random,
ditentukan sejak awal. 7. Jika dilihat dari segi analisis data, metode yang
digunakan yakni setelah selesai pengumpulan data, deduktif, menggunakanm
statistik untuk uji hipotesis. 8. Jika dilihat dari hubungan dengan responden, metode
yang digunakan yakni dibuat berjarak, kedudukan peneliti lebih tinggi daripada
responden, jangka pendek sampai hipotesis dapat dibuktikan 9. Jika dilihat dari
usulan desain, cara yang digunakan yakni luas dan rinci, literatur yang
berhubungan variabel yang diteliti, prosedur spesifik, masalah yang jelas,
hipotesis yang jelas, ditulis secara rinci sebelum terjun ke lapangan. 10. Jika
dilihat dari waktu penelitian, metode ini berpatokan pada, sebuah penelitian
sudah bisa dianggap selesai apabila semua kegiatan yang direncanakan dapat
diselesaikan dengan baik, 11. Sedangkan jika dilihat dari segi kepercayaan
terhadap hasil penelitian, metode ini menggunakan metode pengujian validitas
dan relaibilitas instrumen.[6]
Dalam proses penelitian yang menggunakan pendekatan
kuantitatif ini berpijak pada apa yang disebut dengan funsionalisme struktural,
realisme, positivisme, behaviourisme, dan empirisme yang mana pada intinya
metode ini menekankan pada hal-hal yang bersifat kongkrit, uji empiris dan
fakta-fakta yang nyata. Sedangkan tujuan dari penelitian ini berfungsi untuk
menguji teori, membangun sebuah fakta, menunjukkan hubungan antar variabel,
memberikan sebuah deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan hasil dari
penelitian yang telah dilakukan menggunakan metode ini.[7]
D. Penelitian Kualitatif
Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif
ini didasarakan pada sebuah paradigma rasionalisme yang mana menghendaki akan
adanya pembahasan yang bersifat holistik, sistematik dan mengungkapkan makna
dibalik sebuah fakta empiris. Secara epistimologis, sebuah metodologi
penelitian yang menggunakan pendekatan rasionalistik menuntut agar objek yang
menjadi pusat penelitian tidak dilepaskan dari konteksnya. Atau setidaknya
objek yang akan diteliti tetap dengan fokus atau aksentuasi tertentu tetapi
tidak mengiliminasi atau menghilangkan konteksnya. Artinya penelitian seperti ini mengasumsikan
bahwa sebuah realitas empiris terjadi dalam sebuah konteks sosio-kultural atar
adanya keterkaitan antar satu dengan yang lain. Oleh sebab itu, setiap fenomena
sosial yang ada haruslah diungkap secara holistik.
Yang menjadi pegangan dalam penelitian kualitatif
adalah paradigma alamiah yang mana hal ini melahirkan karakteristik yang
berbeda dengan penelitian kuantitatif. Karena didalam penelitian kualitatif
tidak memakai variabel sebagai satuan kajian melainkan pola-pola yang terdapat
didalam masyarakat. Dalam pengumpulan data, instrumen yang dgunakan didalam
penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, karena desain, data yang
telah dikumpulkan, dan fokus dari penelitian dapat beubah sesuai kondisi
alamiah yang ada.[8]
Didalam penelitian kualitatif lebih menekankan
kepada penggunaan diri si peneliti tersebut guna djadikan instrumen dalam penelitiannya. Lincoln dan Guba
mengatakan bahwa dalam pendekatan kualitatif si peneliti hendaklah memanfaakan
dirinya sebagai instrumen dalam peneliltian yang ia lakukan, sebab instrumen
yang bukan manusia sulit digunakan secara mudah guna menangkap berbagai
realitas dan interaksi yang terjadi saat melakukan penelitian. Seorang peneliti
harus bisa mengungkap gejala sosia di lapangan dengan mengerahkan seluruh
fungsi inderawinya. Dengan demikian, penelliti harus bisa diterima oleh informan
dan lingkungan tempatnya berada agar bisa mengungkap data yang tersembunyi
dengan memnggunakan bahasa tutur, bahasa tubuh (gesture), perilaku maupun
ungkapan-ungkapan yang muncul di lingkungan informan.[9]
Tujuan utama dalam penelitian kualitatif ialah pengembangan pengertian, konsep-konsep,
yang mana pada tingkat akhir dijadikan teori, pada tahap ini dikenal dengan “grounded theory research”. Sedangkan
desain penelitian kualitatif bersifat umum, dan berubah-ubah menyesuaikan
keadaan dilingkungan sekitarnya. Desainini hanya sebagai asumsi untuk melakukan
penelitian, oleh karenanya haruslah bersifat fleksibel atau menyesuaikan dengan
keadaan dan haruslah terbuka. Dalam penelitian kualitatif teknik yang digunakan
ialah teknik observasi, artinya peneliti terjun langsung guna berinteraksi
dengan obyek yang diteliti dan diperlukan sebagai patner.[10]
E. Meluruskan Dikotomi Kualitatif-Kuantitatif
Pemahaman para ilmuan sosial di Tanah Air tentang
metode penelitian kulaitatif sejauh ini tampaknya masih sangat didominasi oleh
penilaian bahwa penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif sepenuhnya
merupakan suatu dikotomi, bahkan beberapa ahli menilai keduanya merupakan dua
paradigma yang muttualy exclusive dan
kedua paradigma ini masing-masing
memiliki pendapat atau pandangan
epistimologi dan ontologi atau quality
criteria yang berbeda secara keseuruhan atau sepenuhnya. Pemahaman yang
seperti ini memanglah tidak dapat lepas dengan reference yang mereka dapat atau
gunakan ketika melakukan sebuah penelitian dilingkungan tempat tinggalnya atau
dimana sang peneliti itu berada saat melakukan penelitian yang sesuai dengan
obyek yang akan diteliti.
Tabel 1. Perbedaan Antara
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
QUANTITATIVE
”objective”
|
QUALITATIVE
“reflective”
|
|
Ø Kedudukan penelitian kualitatif
Ø Hubungan peneliti dan yang diteliti
Ø Hubungan teori/konsep dengan data empirik
Ø Strategi
penelitian lingkup/klaim temuan
Ø Konsepsi
tentang realitas sosial
Ø Analisis
data subjek yang diteliti
|
Ø
studi awal
Ø
jauh (peneliti – objek penelitian) outsider
Ø
Konfirmatori (data menguji
teori)
Ø
Berstruktur
Ø Nomothetic “the truth”
Ø
statis dan eksternal
Ø
individual single-level analysis
|
Ø penggalian
interpretasi
subjek
Ø dekat
(empati) insider
Ø Emergent (data untuk
memunculkan teori)
Ø tidak
berstruktur, atau flexible
Ø ideographic “a
truth”
Ø prosesual,
konstruksi sosial
Ø kontekstual multi-level
analysis
|
Memang
terdapat perbedaan antara penelitian yang menggunakan metode kualitatif dan
kuantitaif pada umumnya dapat dilihat melalui karakteristik data yang digunakan
(terukur versus teramati), metode dalam pengumpulan data (wawancara terstruktur
versus wawancara mendalam, participantobservation)
dang yang lebih jelas dari metode analisisnya. Sebagai tanggapan akan persoalan
yang telah dijabarkan diatas, beberapa kalangan ilmuwan sosial menilai
permasalahan tentang pengaharusan penggunaan metode kualitatif atau metode
kuantitatif dalam melakukan penelitian, sesungguhnya hal ini merupakan
permsalahan sekunder saja. Namun permasalahan utmanya ialah dalam penentuan
paradigma apakah yang akan dipakai dalam meneliti suatu masalah tertentu yang
ada didalam lingkungan masyarakat.[11]
F.
Paradigma Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Secara umum pendekatan penelitian atau sering juga
disebut dengan paradigma penelitian yang dominan ialah paradigma penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dilihat dari segi istilah penyebutan
oleh para ahli tampak mengenakan istilah atau pemberian nama yang berbeda-beda
antar para ahli walaupun mengacu pada permasalahan yang sama, untuk itu guna
menghindari adanya kekaburan didalam memahami pengertian kedua pendekatan ini,
berikut akan dipaparkan penamaan yang digunakan oleh para ahli didalam
penyebutan kedua istilah ini, seperti yang tampak didalam tabel yang telah
dirancang dengan sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah tabel yang berisi
penamaan tentang penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif sebagai
berikut :
Tabel
Penamaan.
Quantitative
and Qualitative Research : Alternative Labels
Quantitative
|
Qualitative
|
Authors
|
Rasionallistic
|
Naturalistic
|
Guba
&Lincoln (1982)
|
Inquiry from the
Outside
|
Inquiry from the
inside
|
Evered &
Louis (1981)
|
functionalist
|
Interpretative
|
Burrel &
Morgan (1979)
|
Positivist
|
Constructivist
|
Guba (1990)
|
Positivist
|
Naturalistic-ethnographic
|
Hoshmand (1989)
|
Dari kedeua pendekatan tersebut masing-masing
memiliki kelebihan dan kelemahan. Dalam pendekatan kualitatif saat melaksanakan
penelitian membutuhkan waktu yang tidak sedikit dengan kata lain banyak memakan
waktu, reliabilitasnya sering dipertanyakan, prosedurnya tidaklah baku atau
dapat berubah-ubah, memiliki desain yang tidak terstruktur dan tidak dapat
digunakan dalam penelitian yang berskala besar dan pada akhir penelitian
hasilnya dapat terkontaminasi oleh subyektifitas peneliti. Dalam pendekatan
kuantitatif ini memunculkan kesulitan kitika mengontrol variabel-variabel
lainnya yang bisa berpengaruh terhadapat berjalannya proses penelitian baik
secara langsung maupun tidak langsung. Untuk menghasilkan validitas yang tinggi
juga diperlukan kecermatan dalam proses pemilihan sampel, pengambilan data dan
penentuan alat yang digunakan untuk
menganlisis.
Didalam hal ini yang menjadi masalah terpenting
dalam penelitian kuantitatif ialah kemampuan untuk melaksanakan generalisasi
hasil penelitian yang dilaksanakan; seberapa jauh hasil penelitian yang bisa
digeneralisasi pada populasi yang ada. Sedangkan pada penelitian kualitatif
mencari data tidak digunakan untuk melakukan generalisasi, sebab penelitian
kualitatif hanya meneliti proses bukanlah meneliti permukaan yang tampak.[12]
Reference
Imam
Machali, Metode Penelitian Kuantitatif Panduan Praktis Merencanakan,
Melaksanakan dan Analisis dalam Penelitian Kuantitatif (Program Studi
Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2016), 1, http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24023.
Dedi
Wahyudi dan Habibatul Azizah, “Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Konsep Learning Revolition,” Attarbiyah
26 (2016): 4.
Rohmad
Qomari, “Teknik Penelusuran Analisis
Data Kuantitatif Dalam Penelitian Kependidikan,” Jurnal Insania,
No. Vol 14, No 3 (2009) (2009): 1.
Mohammad
Mulyadi, “Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar
Menggabungkannya,” Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, no. Vol 15, No 1
(2011): Jurnal Studi Komunikasi dan media (2011): 129.
Mohammad
Mulyadi, “Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif serta Pemikiran Dasar
Menggabungkannya,” Jurnal Studi Komunikasi dan Media, no. Vol 15, No 1
(2011): Jurnal Studi Komunikasi dan media (2011): 129.
Alfian
Erwinsyah, “Pemahaman Penelitian Kuantitatif Bagi Mahasiswa Program Studi Manajemen Pendidikan Islam,” Tadbir:
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, no. Vol 2, No 2 (2014): Tadbir, Agustus
(2014): 276.
Eko
Suharto, “Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Dalam Metode Penelitian,” MAGISTRA,
no. Vol 19, No 60 (2007): Magistra Edisi Maret (2007): 53.
Mulyadi,
“Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya,”
131.
Suharto,
“Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Dalam Metode Penelitian,” 55.
Dedy
N. Hidayat, “Dikotomi Kualitatif – Kuantitatif Dan Varian Paradigmatik Dalam Penelitian
Kualitatif,” Scriptura, No. Vol 2, No 2 (2008): Juli 2008 (2008): 83.
[1]
Imam Machali, Metode Penelitian
Kuantitatif Panduan Praktis Merencanakan, Melaksanakan dan Analisis dalam
Penelitian Kuantitatif (Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016), 1,
http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24023.
[2]
Dedi Wahyudi dan Habibatul Azizah, “Strategi
Pembelajaran Menyenangkan Dengan Konsep
Learning Revolition,” Attarbiyah 26 (2016): 4.
[3]
Rohmad Qomari, “Teknik Penelusuran
Analisis Data Kuantitatif Dalam
Penelitian Kependidikan,” Jurnal Insania, No. Vol 14, No 3 (2009)
(2009): 1.
[4] Mohammad
Mulyadi, “Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar
Menggabungkannya,” Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, no. Vol 15, No 1
(2011): Jurnal Studi Komunikasi dan media (2011): 129.
[5]
Mohammad Mulyadi, “Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya,” Jurnal Studi Komunikasi
dan Media, no. Vol 15, No 1 (2011): Jurnal Studi Komunikasi dan media
(2011): 129.
[6]
Alfian Erwinsyah, “Pemahaman Penelitian
Kuantitatif Bagi Mahasiswa Program Studi
Manajemen Pendidikan Islam,” Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam,
no. Vol 2, No 2 (2014): Tadbir, Agustus (2014): 276.
[7]
Eko Suharto, “Pendekatan Kuantitatif dan
Kualitatif Dalam Metode Penelitian,” MAGISTRA, no. Vol 19, No 60 (2007):
Magistra Edisi Maret (2007): 53.
[8]
Ibid.
[11]
Dedy N. Hidayat, “Dikotomi Kualitatif –
Kuantitatif Dan Varian Paradigmatik
Dalam Penelitian Kualitatif,” Scriptura, No. Vol 2, No 2 (2008): JulI 2008
(2008): 83.
[12]
Mulyadi, “Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya,” 131.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar