Selasa, 28 Maret 2017

KLASIFIKASI PENELITIAN




PARADIGMA YANG TERDAPAT DALAM PROSES PENELITIAN


Ahadin Winarko Wibisono
Institut Agama Islam Negeri Metro
Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Iringmulo Metro Timur Kota Metro Lampung 34111 Telp.(0725) 41507, Fax. (0725) 47296


A.      Pendahuluan
Kata “penelitian” diartikan kedalam bahasa Inggris yatu “research”, atau didalam bahasa indonesia biasa dikenal dengan kata “riset”. Kata research terdiri dari dua suku kata yaitu, “re” yang artinya “kembali” dan “search” yang artinya “mencari”. Dengan demikian research (penelitian) secara bahasa memiliki arti “mencari kembali”. Banyak definisi tentang penelitian yang diantaranya disebutkan didalam kamus Webster’s New International mengatakan bahwasannya penelitian adalah sebuah penyelidikan biasanya dilakukan dengan hati-hati dan kritis dalam mencari sebuah fakta dan prinsip-prinsip penyelidikan yang amatlah cerdik guna menetapkan sesuatu masalah tertentu. Dalam kamus online menyatakan bahwa penelitian secara sederhana dapat didefinisikan sebagai berikut “careful study that is done to find and report new knowledge about something”. Pada dasarnya proses penelitian akan melalui tiga tahapan terlebih dahulu yaitu, 1). Mengajukan pertanyaan penelitian terlebih dahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan, 2) Mengumpulkan data-data untuk menjawab kembali pertanyaan-pertanyaan yang digunakan saat melakukan penelitian, 3) Memberikan jawaban yang tepat atas pertanyaan-pertanyaan dari penelitian tersebut.
Dari berbagai pengertian penelitian diatas dapat kita simpulkan bahwa penelitian pada dasarnya adalah sebuah metode yang digunakan untuk menemukan sebuah kebenaran dari suatu persoalan yamg dihadapi oleh manusia dengan cara-cara ilmiah. Cara-cara ilmiah yang dimaksud adalah sebuah penelitian haruslah dilakukan dengan cara rasional, obyektif, empiris, sistematis, dan teratur. Sehingga hasil dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti akan memberikan sebuah hasil yang sama jika mengikuti atau mematuhi prosedur atau tahapan yang sama.[1]
Dari penelitian yang telah dilakukan para peneliti banyak menghasilkan metode-metode yang telah berkembang saat ini salah satunya tentang Konsep Learning Revolution.[2] Dimana didalam Konsep Learning Revolution ini berperan dalam proses pembelajaran yang banyak dilakukan saat ini oleh tenaga pendidik atau guru, yang mana di dalam konsep ini juga guru sangat dipermudah karena guru hanya dijadikan sebagai fasilitator bagi peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajara mengajar didalam kelas dan konsep ini merupakan konsep yang sangat disukai atau diminati oleh para pendidik karena konsep ini merupakan cara arau proses belajar mengajar secara mengasyikkan dan menyenangkan tanpa terikat oleh sistem atau peraturan yang berlaku.

B.    Pembahasan
Dalam melakukan sebuah penelitian pastilah kita mendapati paradigma-paradigma penelitian, paradigma penelitian tersebut dibagi menjadi dua, yakni kuantitatif (scientific paradigm) dan kualitatif (naturalisticparadigm). Sementara itu, ada ahli yang memisahkan kedua paradigma tersebut, seperti Lexy Moleong dan Noeng Muhadjir. Beberapa ahli lain juga berupaya untuk memadukan kedua paradigma tersebut, seperti Julia Brannen.[3]

C.      Penelitian Kuantitatif
Penelitian Kuantitatif secara induktif ialah suatu cara yang digunakan seseorang untuk berpikir dengan mendasarkan pada pengalaman yang terjadi secara berulang-ulang. Bisa juga sebuah kumpulan fakta yang bertebaran yang kemudian dilakukan pencarian kesesuaian diantara fakta-fakta tersebut sehingga masing-masing fakta tersebut memiliki keterkaitan antara satu fakta dengan fakta yang lain. Dengan demikian cara berpikir secara induktif merupakan suatu bentuk rekayasa kejadian yang dilakukan sesorang setelah melakukan observasi atau penelitian dari berbagai macam kasus yang unik atau khusus yang kemudian dilakukan pengembangan materi sehingga menjadikannya sebuah penalaran tunggal yang menggabungkan antara kasus-kasus khusus menjadi sebuah bentuk pemahaman yang umum dan dapat diterima oleh akal pikiran. Hukum yang dapat disimpulkan dari sebuah fenomena yang telah diselidiki akan berlaku juga bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki (generalisasi).[4]
Sebuah metodologi penelitian yang dilakukan dengan baik maka akan menghasilkan paradigma yang baru dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang telah ada. Hasil pemikiran paradigma saat ini selalu tidak mencukupi dan terbuka untuk perubahan pengembangan ilmu pengetahuan selanjutnya. Dengan kata lain hasil dari pemikiran yang sudah melalui perubahan paradigma maka akan selalu bersifat relative dalam perkembangannya, hal ini bergantung pada data dan fakta yang diperoleh saat melakukan observasi atau penelitian dari dunia nyata yang kemudian dianalisis kembali menurut kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku.[5]
Terdapat 11 Karakteristik dalam Metode penelitian kuantitatif yakni: 1. Jika dilihat dari desainnya metode kuantitatif merupakan metode yang spesifik, jelas dan rinci, ditentukan secara mantap sejak awal, menjadi pegangan langkah demi langkah. 2. Jika dilihat dari tujuannya, metode ini  menunjukkan hubungan/pengaruh antar variabel, menguji teori, mencari generalisasi. 3. Jika dilihat dari teknik pengumpulan data, metode kuantitatif menggunakan metode  kuesioner, observasi, dokumentasi dan wawancara terstruktur. 4. Jika dilihat dari insterumen penelitiannya metode kuantitatif menggunakan metode berupa tes, angket, wawancara terstruktur, instrumen yang telah terstandar. 5. Jika dilihat dari data, metode kuantitatif menggunakan metode, berupa angka-angka, hasil pengukuran variabel yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrumen yang telah ditetapkan. 6. Jiak dilihat dari sampel, metode yang digunakan yakni besar, representatif, random, ditentukan sejak awal. 7. Jika dilihat dari segi analisis data, metode yang digunakan yakni setelah selesai pengumpulan data, deduktif, menggunakanm statistik untuk uji hipotesis. 8. Jika dilihat dari hubungan dengan responden, metode yang digunakan yakni dibuat berjarak, kedudukan peneliti lebih tinggi daripada responden, jangka pendek sampai hipotesis dapat dibuktikan 9. Jika dilihat dari usulan desain, cara yang digunakan yakni luas dan rinci, literatur yang berhubungan variabel yang diteliti, prosedur spesifik, masalah yang jelas, hipotesis yang jelas, ditulis secara rinci sebelum terjun ke lapangan. 10. Jika dilihat dari waktu penelitian, metode ini berpatokan pada, sebuah penelitian sudah bisa dianggap selesai apabila semua kegiatan yang direncanakan dapat diselesaikan dengan baik, 11. Sedangkan jika dilihat dari segi kepercayaan terhadap hasil penelitian, metode ini menggunakan metode pengujian validitas dan relaibilitas instrumen.[6]
Dalam proses penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif ini berpijak pada apa yang disebut dengan funsionalisme struktural, realisme, positivisme, behaviourisme, dan empirisme yang mana pada intinya metode ini menekankan pada hal-hal yang bersifat kongkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata. Sedangkan tujuan dari penelitian ini berfungsi untuk menguji teori, membangun sebuah fakta, menunjukkan hubungan antar variabel, memberikan sebuah deskripsi statistik, menaksir dan meramalkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan menggunakan metode ini.[7]
D.      Penelitian Kualitatif
Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini didasarakan pada sebuah paradigma rasionalisme yang mana menghendaki akan adanya pembahasan yang bersifat holistik, sistematik dan mengungkapkan makna dibalik sebuah fakta empiris. Secara epistimologis, sebuah metodologi penelitian yang menggunakan pendekatan rasionalistik menuntut agar objek yang menjadi pusat penelitian tidak dilepaskan dari konteksnya. Atau setidaknya objek yang akan diteliti tetap dengan fokus atau aksentuasi tertentu tetapi tidak mengiliminasi atau menghilangkan konteksnya.  Artinya penelitian seperti ini mengasumsikan bahwa sebuah realitas empiris terjadi dalam sebuah konteks sosio-kultural atar adanya keterkaitan antar satu dengan yang lain. Oleh sebab itu, setiap fenomena sosial yang ada haruslah diungkap secara holistik.
Yang menjadi pegangan dalam penelitian kualitatif adalah paradigma alamiah yang mana hal ini melahirkan karakteristik yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Karena didalam penelitian kualitatif tidak memakai variabel sebagai satuan kajian melainkan pola-pola yang terdapat didalam masyarakat. Dalam pengumpulan data, instrumen yang dgunakan didalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, karena desain, data yang telah dikumpulkan, dan fokus dari penelitian dapat beubah sesuai kondisi alamiah yang ada.[8]
Didalam penelitian kualitatif lebih menekankan kepada penggunaan diri si peneliti tersebut guna djadikan instrumen  dalam penelitiannya. Lincoln dan Guba mengatakan bahwa dalam pendekatan kualitatif si peneliti hendaklah memanfaakan dirinya sebagai instrumen dalam peneliltian yang ia lakukan, sebab instrumen yang bukan manusia sulit digunakan secara mudah guna menangkap berbagai realitas dan interaksi yang terjadi saat melakukan penelitian. Seorang peneliti harus bisa mengungkap gejala sosia di lapangan dengan mengerahkan seluruh fungsi inderawinya. Dengan demikian, penelliti harus bisa diterima oleh informan dan lingkungan tempatnya berada agar bisa mengungkap data yang tersembunyi dengan memnggunakan bahasa tutur, bahasa tubuh (gesture), perilaku maupun ungkapan-ungkapan yang muncul di lingkungan informan.[9]
Tujuan utama dalam penelitian kualitatif  ialah pengembangan pengertian, konsep-konsep, yang mana pada tingkat akhir dijadikan teori, pada tahap ini dikenal dengan “grounded theory research”. Sedangkan desain penelitian kualitatif bersifat umum, dan berubah-ubah menyesuaikan keadaan dilingkungan sekitarnya. Desainini hanya sebagai asumsi untuk melakukan penelitian, oleh karenanya haruslah bersifat fleksibel atau menyesuaikan dengan keadaan dan haruslah terbuka. Dalam penelitian kualitatif teknik yang digunakan ialah teknik observasi, artinya peneliti terjun langsung guna berinteraksi dengan obyek yang diteliti dan diperlukan sebagai patner.[10]

E.      Meluruskan Dikotomi Kualitatif-Kuantitatif
Pemahaman para ilmuan sosial di Tanah Air tentang metode penelitian kulaitatif sejauh ini tampaknya masih sangat didominasi oleh penilaian bahwa penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif sepenuhnya merupakan suatu dikotomi, bahkan beberapa ahli menilai keduanya merupakan dua paradigma yang muttualy exclusive dan kedua paradigma ini masing-masing memiliki pendapat  atau pandangan epistimologi dan ontologi atau quality criteria yang berbeda secara keseuruhan atau sepenuhnya. Pemahaman yang seperti ini memanglah tidak dapat lepas dengan reference yang mereka dapat atau gunakan ketika melakukan sebuah penelitian dilingkungan tempat tinggalnya atau dimana sang peneliti itu berada saat melakukan penelitian yang sesuai dengan obyek yang akan diteliti.


Tabel 1. Perbedaan Antara Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

QUANTITATIVE
”objective”
QUALITATIVE
“reflective”
Ø  Kedudukan penelitian kualitatif
Ø  Hubungan peneliti dan yang diteliti
Ø  Hubungan teori/konsep dengan data empirik
Ø  Strategi penelitian lingkup/klaim temuan
Ø  Konsepsi tentang realitas sosial
Ø  Analisis data subjek yang diteliti
Ø  studi awal
Ø  jauh (peneliti – objek penelitian) outsider
Ø  Konfirmatori (data menguji
teori)
Ø  Berstruktur
Ø  Nomothetic “the truth”
Ø  statis dan eksternal
Ø  individual single-level analysis
Ø  penggalian interpretasi
subjek
Ø  dekat (empati) insider
Ø  Emergent (data untuk
memunculkan teori)
Ø  tidak berstruktur, atau flexible
Ø  ideographic “a truth”
Ø  prosesual, konstruksi  sosial
Ø  kontekstual multi-level analysis
Memang terdapat perbedaan antara penelitian yang menggunakan metode kualitatif dan kuantitaif pada umumnya dapat dilihat melalui karakteristik data yang digunakan (terukur versus teramati), metode dalam pengumpulan data (wawancara terstruktur versus wawancara mendalam, participantobservation) dang yang lebih jelas dari metode analisisnya. Sebagai tanggapan akan persoalan yang telah dijabarkan diatas, beberapa kalangan ilmuwan sosial menilai permasalahan tentang pengaharusan penggunaan metode kualitatif atau metode kuantitatif dalam melakukan penelitian, sesungguhnya hal ini merupakan permsalahan sekunder saja. Namun permasalahan utmanya ialah dalam penentuan paradigma apakah yang akan dipakai dalam meneliti suatu masalah tertentu yang ada didalam lingkungan masyarakat.[11]
F.      Paradigma Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Secara umum pendekatan penelitian atau sering juga disebut dengan paradigma penelitian yang dominan ialah paradigma penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dilihat dari segi istilah penyebutan oleh para ahli tampak mengenakan istilah atau pemberian nama yang berbeda-beda antar para ahli walaupun mengacu pada permasalahan yang sama, untuk itu guna menghindari adanya kekaburan didalam memahami pengertian kedua pendekatan ini, berikut akan dipaparkan penamaan yang digunakan oleh para ahli didalam penyebutan kedua istilah ini, seperti yang tampak didalam tabel yang telah dirancang dengan sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah tabel yang berisi penamaan tentang penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif sebagai berikut :

Tabel Penamaan.
Quantitative and Qualitative Research : Alternative Labels

Quantitative
Qualitative
Authors
Rasionallistic
Naturalistic
Guba &Lincoln (1982)
Inquiry from the Outside
Inquiry from the inside
Evered & Louis (1981)
functionalist
Interpretative
Burrel & Morgan (1979)
Positivist
Constructivist
Guba (1990)
Positivist
Naturalistic-ethnographic
Hoshmand (1989)

Dari kedeua pendekatan tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Dalam pendekatan kualitatif saat melaksanakan penelitian membutuhkan waktu yang tidak sedikit dengan kata lain banyak memakan waktu, reliabilitasnya sering dipertanyakan, prosedurnya tidaklah baku atau dapat berubah-ubah, memiliki desain yang tidak terstruktur dan tidak dapat digunakan dalam penelitian yang berskala besar dan pada akhir penelitian hasilnya dapat terkontaminasi oleh subyektifitas peneliti. Dalam pendekatan kuantitatif ini memunculkan kesulitan kitika mengontrol variabel-variabel lainnya yang bisa berpengaruh terhadapat berjalannya proses penelitian baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk menghasilkan validitas yang tinggi juga diperlukan kecermatan dalam proses pemilihan sampel, pengambilan data dan penentuan  alat yang digunakan untuk menganlisis.
Didalam hal ini yang menjadi masalah terpenting dalam penelitian kuantitatif ialah kemampuan untuk melaksanakan generalisasi hasil penelitian yang dilaksanakan; seberapa jauh hasil penelitian yang bisa digeneralisasi pada populasi yang ada. Sedangkan pada penelitian kualitatif mencari data tidak digunakan untuk melakukan generalisasi, sebab penelitian kualitatif hanya meneliti proses bukanlah meneliti permukaan yang tampak.[12]

Reference
Imam Machali, Metode Penelitian Kuantitatif Panduan Praktis Merencanakan, Melaksanakan dan Analisis dalam Penelitian Kuantitatif (Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016), 1, http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24023.
Dedi Wahyudi dan Habibatul Azizah, “Strategi Pembelajaran Menyenangkan  Dengan Konsep Learning Revolition,” Attarbiyah 26 (2016): 4.
Rohmad Qomari, “Teknik Penelusuran Analisis  Data Kuantitatif Dalam Penelitian Kependidikan,” Jurnal Insania, No. Vol 14, No 3 (2009) (2009): 1.
Mohammad Mulyadi, “Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya,” Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, no. Vol 15, No 1 (2011): Jurnal Studi Komunikasi dan media (2011): 129.
Mohammad Mulyadi, “Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya,” Jurnal Studi Komunikasi dan Media, no. Vol 15, No 1 (2011): Jurnal Studi Komunikasi dan media (2011): 129.
Alfian Erwinsyah, “Pemahaman Penelitian Kuantitatif Bagi Mahasiswa  Program Studi Manajemen Pendidikan Islam,” Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, no. Vol 2, No 2 (2014): Tadbir, Agustus (2014): 276.
Eko Suharto, “Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Dalam Metode Penelitian,” MAGISTRA, no. Vol 19, No 60 (2007): Magistra Edisi Maret (2007): 53.
Mulyadi, “Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya,” 131.
Suharto, “Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Dalam Metode Penelitian,” 55.
Dedy N. Hidayat, “Dikotomi Kualitatif – Kuantitatif Dan  Varian Paradigmatik Dalam Penelitian Kualitatif,” Scriptura, No. Vol 2, No 2 (2008): Juli 2008 (2008): 83.



[1] Imam Machali, Metode Penelitian Kuantitatif Panduan Praktis Merencanakan, Melaksanakan dan Analisis dalam Penelitian Kuantitatif (Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016), 1, http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/24023.
[2] Dedi Wahyudi dan Habibatul Azizah, “Strategi Pembelajaran Menyenangkan  Dengan Konsep Learning Revolition,” Attarbiyah 26 (2016): 4.
[3] Rohmad Qomari, “Teknik Penelusuran Analisis  Data Kuantitatif Dalam Penelitian Kependidikan,” Jurnal Insania, No. Vol 14, No 3 (2009) (2009): 1.
[4] Mohammad Mulyadi, “Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya,” Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, no. Vol 15, No 1 (2011): Jurnal Studi Komunikasi dan media (2011): 129.
[5] Mohammad Mulyadi, “Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya,” Jurnal Studi Komunikasi dan Media, no. Vol 15, No 1 (2011): Jurnal Studi Komunikasi dan media (2011): 129.
[6] Alfian Erwinsyah, “Pemahaman Penelitian Kuantitatif Bagi Mahasiswa  Program Studi Manajemen Pendidikan Islam,” Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, no. Vol 2, No 2 (2014): Tadbir, Agustus (2014): 276.
[7] Eko Suharto, “Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Dalam Metode Penelitian,” MAGISTRA, no. Vol 19, No 60 (2007): Magistra Edisi Maret (2007): 53.
[8] Ibid.
[9] Mulyadi, “Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya,” 131.
[10] Suharto, “Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Dalam Metode Penelitian,” 55.
[11] Dedy N. Hidayat, “Dikotomi Kualitatif – Kuantitatif Dan  Varian Paradigmatik Dalam Penelitian Kualitatif,” Scriptura, No. Vol 2, No 2 (2008): JulI 2008 (2008): 83.
[12] Mulyadi, “Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya,” 131.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar